Era Society 5.0
Pada zaman ini, tidak banyak diantara kita yang bisa berlama-lama ‘berpisah” dengan perangkat digital. Sebut saja handphone. Bagi semua orang, terlebih bagi generasi milenial, ketinggalan handphone itu rasa-rasanya seperti “mati gaya”, “tidak bisa hidup”, atau bahkan “berakhirnya dunia”. Benarkah kita seperti itu?
Tentu perasaan itu muncul bukan tanpa alasan, karena kenyataannya saat ini handphone yang hanya segenggam itu mampu mentransformasi berbagai hal menjadi digital. Sehingga kita dapat melakukan apapun aktivitas keseharian yang awalnya manual, menjadi dengan cara yang baru, cara artifisial. Tak pelak, kita pun merasa dunia ada di genggaman saja.
Akan tetapi, jika kita perhatikan, kita melihat seperti ada paradoks di tengah masyarakat digital. Kemudahan komunikasi antar masyarakat melalui media digital ini, ternyata dibarengi juga dengan keterpecahan antar masyarakat.
Dahulu, sebelum era digital, komunikasi antar masyarakat banyak terhambat oleh jarak dan waktu. Katakanlah seseorang yang ada di Aceh dengan di Papua, atau di pedalaman dan perkotaan, tentu komunikasinya terbatas karena perbedaan ruang, perbedaan waktu. Terlebih ketika handphone masih jarang dan internet belum ditemukan. Sehingga saat itu rasa-rasanya wajar jika perbedaan ruang dan waktu menghambat komunikasi dan persatuan masyarakat.
Namun demikian, apakah komunikasi dan persatuan masyarakat itu menjadi mudah di era digital? Ternyata semakin kesini semakin terasa “tidak mudah” juga. Hal ini ditandai Di era society 5.0 konvergensi dan transformasi digital seperti sekarang ini di Abad 24 sampai seterusnya, keterampilan komunikasi sangatlah penting. Komunikasi bukan hanya dipandang sebagai aktivitas interaksi yang melibatkan pengirim dan penerima informasi secara langsung saja, namun komunikasi juga melibatkan media digital. Tak bisa dipungkiri, generasi milenial mendominasi penggunaan media sosial, seperti YouTube, Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, LinkedIn, Line, dan sebagainya.
KE DEPAN SEMAKIN KEDEPAN GENERASI MUDA MUNGKIN AKAN MENGALAMI KRISIS IDENTITAS PADA MEDIA DIGITAL, Tak bisa dipungkiri, generasi milenial mendominasi penggunaan media sosial, seperti YouTube, Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, LinkedIn, Line, dan sebagainya. katakanlah krisis Identitas ini ada berkaitan erat dengan kata Literasi Manusia.
Namun, di era yang serba digital ini, masih ada generasi muda dengan keterampilan komunikasi yang cukup rendah. Rendahnya kemampuan dan keterampilan komunikasi ini tentunya memengaruhi kemampuan memproses suatu informasi, kesulitan dalam merepresentasikan dan mengungkapkan pikiran dan ucapannya, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru, serta kesulitan memahami permasalahan manusia yang cenderung heterogen. Keterampilan berkomunikasi yang rendah akan menimbulkan permasalahan yang baru mengingat teknologi berkembang sangat pesat dan mengambil kendali penuh atas berbagai sektor kehidupan manusia. Nah, sebagai solusi dari rendahnya keterampilan berkomunikasi ini, pendekatan komunikatif sangat penting untuk digalakkan, caranya melalui penguasaan literasi manusia. Penguasaan literasi manusia ini bukan hanya sekadar tentang kecakapan membaca dan menulis saja, namun lebih dalam mengenai kemampuan kognitif manusia dalam menguasai, memahami, serta mengaktualisasikan informasi dalam penyelesaian permasalahan manusia yang lain.
Mengapa literasi manusia berperan dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dan interaksi dengan sesama? Di era digital iterasi manusia menjadi penting untuk bertahan, dengan tujuan agar manusia bisa berfungsi dengan baik di lingkungan manusia yang lain dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia, hal ini tentunya memerlukan manusia yang berkepribadian baik. Manusia harus bisa memanfaatkan dan mengolah data, menerapkannya ke dalam teknologi dan tentunya harus memahami cara penggunaan teknologi tersebut. Hal ini sangat diperlukan karena di dunia ini manusia akan berhadapan dengan kepentingan manusia yang lain. Selain itu, manusia berperan sebagai penggerak dan pondasi untuk mendukung literasi data dan literasi teknologi. Tentunya keterampilan berkomunikasi sebagai jembatan pertemuan kepentingan banyak manusia harus dilandasi dengan cara yang tepat agar tepat guna dan tepat sasaran, serta dilandasi dengan penguasaan literasi manusia yang memiliki beberapa elemen sebagai pendukung keterampilan berkomunikasi. Elemen literasi manusia (SPICE of Learning Philosophy) tersebut antara lain socially (kemampuan berinteraksi, membangun hubungan antar manusia, bekerjasama, serta memiliki jiwa kepemimpinan), physically (kemampuan menjadi individu yang memiliki kesadaraan akan kesehatan pribadi, masyarakat, dan lingkungan), intellectually (kemampuan problem solving dan berpikir kreatif), culturally (kemampuan memahami beragam budaya dan beradaptasi dengan budaya berbeda), dan emotionally (kemampuan meningkatkan kualitas mental health) yang semuanya saling berkaitan dan bersinergi sebagai dasar yang dibutuhkan dalam mendukung kelancaran berkomunikasi dengan manusia lain.
Selain itu, penguasaan literasi manusia harus didukung dengan kecakapan dan kompetensi sumber daya manusia yang unggul sebagai penyempurna keterampilan berkomunikasi. Kompetensi dan kecakapan yang diperlukan diantaranya Creativity (keterampilan berpikir kreatif), Critical Thinking (keterampilan berpikir kritis), Communication (keterampilan berkomunikasi), dan Collaboration (keterampilan bekerja sama) atau disebut dengan 4C.
Literasi manusia sendiri mencakup dua hal, yaitu humanities dan komunikasi. Keduanya saling berkaitan sehingga literasi manusia tak dapat dipisahkan dari keseharian manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Literasi manusia mencakup tentang tindakan manusia, adab dan etika, kepekaan, serta cara manusia berinteraksi dan memecahkan suatu masalah. Manusia merupakan pemegang kendali atas segala sesuatu. Maka dari itu, kualitas sumber daya manusia menjadi penting sehingga pemahaman dan penerapan literasi manusia di kehidupan sehari-hari tak dapat dipisahkan dari kelima elemen literasi manusia serta kompetensi 4C.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa literasi manusia memiliki kontribusi terhadap keterampilan berkomunikasi menilik perannya yang sangat penting sebagai pondasi literasi yang lain di era digital, yaitu literasi data dan literasi teknologi. Sehubung dengan Media Digital itu Menyatukan apa Memisahkan Sih? di www.namasteprovider.my.id Sarana Media Sosial adalah Produk-Produk Digital menyambut baik bahwa dengan Literasi manusia Zaman Now Namaste Provider sebagai creator Produk-produk Digital itu menyatukan, mempertemukan antar penjual dan pembeli dengan fitur-fitur yang ditawarkan. Apa saja produk digitalnya ??? Silahkan kunjungi kami di www.namasteprovider.my.id